RSS Subscribe

Kamis, 18 Juli 2013

LAPORAN PENDAHULUAN TB PARU



LAPORAN PENDAHULUAN TB PARU


KASUS : TBC PARU
PROSES TERJADINYA MASALAH
TBC Paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis (Sylvia A. Price, 1995 ; 753). Penyakit TBC Paru disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusu, yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan sehingga disebut sebagai basil tahan asam  (BTA).  Pada pasien dengan TBC Paru, tanda dan gejala yang timbul diantaaranya:
a.       Gejala umum :
Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih.
b.      Gejala lain yang sering dijumpai, antara lain :
1).    Dahak bercampur darah
2).    Batuk darah
3).    Sesak napas dan nyeri dada
4).    Badan lemah
5).    Nafsu makan menurun
6).    Berat badan turun
7).    Rasa kurang enak badan
8).    Berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan
9).    Demam meriang lebih dari sebulan
Patofisiologi
Basil Tuberculosa masuk ke alveolus dan menyebabkan reaksi peradangan. Pada tempat tersebut tampak leukosit polimorfonuklear yang memfagosit bakteria, namun tidak membunuh organisme tersebut. Limfosit akan diganti oleh makrofag setelah beberapa hari. Makrofag mengadakan infiltrasi yang lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid dasn fibroblas yang  dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini terjadi dalam waktu 10 sampai 20 hari. Bagian tengah lesi akan mengalami rekrosis caseosa yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblas yang akan mnimbulkan respon antara lain membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel atau daeerah nekrosis dan akan mengalami pencairan dimana bahan cair lepas kedalam bronkus. Sehingga bisa terjadi penumpukan cairan dalam bronkus dan terjadi pola napas tidak efektif, bersihan jalan napas tidak efektif, nutrisi kurang dari kebutuhan (Sylvia A. Price dan Lorraine M. Wilson, 1995 : 754).

Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji
  1. Bersihan jalan napas tak efektif
Do :
·         Sekret kental/sekret darah
·         Frekuensi pernapasan, irama dan kedalaman tak normal
·         Bunyi napas tidak normal
·         Stridor
·         Dispnea
Ds :
·         Klien mengatakan sulit untuk bernapas
  1. Nutrisi kurang dari kebutuhan
Ds :
·         Klien mengatakan tidak napsu makan
·         Klien mengatakan lemah
Do :
·         Kelemahan
·         Anoreksia
·         BB dibawah 10-20% ideal

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret
2. perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Tujuan
Intervensi
Rasional
Tupan : Setelah dilakukan perawatan, bersihan jalan napas menjadi efektif.
Tupen : Setelah dilakukan perawatan selama 1 x 24 jam sekret dapat dikeluarkan dengan kriteria :
·         Secara verbal klien mengatakan sesak napasnya hilang
·         Sekret bisa dikeluarkan
·         Bunyi napas bersih
·         Tidak terdapat stridor
1.      Kaji fungsi pernapasan, bunyi napas, kecepatan dan kedalaman pernapasan.

2.      Catat kemampuan klien untuk mengeluarkan sputum.
3.      Berikan posisi yang nyaman bagi klien.
4.      Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 cc.
5.      Bersihkan sekret dri mulut dan trakea.
1.      Penurunan pola napas dapat menunjukkan atelektasis, ronki/mengi menunjukan adanya akumulasi sekret.
2.      Pengeluaran sekret akan sulit jika sekret kental.
3.      Posisi yang nyaman membantu memaksimalkan ekspansi paru.
4.      Pemasukan cairan membantu untuk mengencerkan sekret.
5.      Mencegah obstruksi/aspirasi.
Tupan : Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam masukan nutrisi menjadi adequat.
Tupen : Setelah dilakukan perawatan selama 2 x 24 jam nafsu makan klien mulai membaik dengan kriteria :
·         Secara verbal klien mengatakan mau makan
·         Klien tampak kuat dan segar
·         Klien menghabiskan minimal ½ porsi makanan yang disediakan,
1.      Kaji status nutrisi klien, catat turgor kulit dan derajat kekurangan berat badan.
2.      Awasi masukan dan pengeluaran serta berat badan secara periodik
3.      Dorong makan sedikit tapi sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat.


4.      Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernapasan.

5.      Dorong dan berikan periode istirahat sering

1.      Berguna dalam mendefinisakan derajat/luasnya masalah dan pilihan intervensi yang tepat
2.      Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan.
3.      Mamaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tak perlu/kebutuhan energi dari makan makanan banyak dan menurunkan iritasi gaster.
4.      Menurunkan rasa tak enak karena sisa sputum atau obay untuk pengobatan respirasi yang merangsang pusat muntah.
5.      Membantu menghembat energi khususnya bila kebutuhan matabolik meningkat saat demam.

PENATALAKSANAAN MEDIS
Obat TBC Paru diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis dalam jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan, supaya semua kuman dapat dibunuh apabila paduan obat yang digunakan tidak adekuat (jenis, dosis, dan jangka waktu pengobatan), maka kuman TBC Paru akan berkembang menjadi kuman kebal obat. Pengobatan dilakukan dengan pengawasan langsung oleh seorang PMO untuk menjamin kepatuhan penderita menelan obat.
Pengobatan TBC diberikan dalam 2 tahap, yaitu :
a.       Tahap intensif
Pada tahap ini penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap rifampisin. Bila tahap ini diberikan secara tepat, penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar penderita TBC Paru BTA  positif menjadi BTA negatif pada akhir pengobatan intensif.
b.      Tahap lanjutan
Pada tahap ini penderita mendapat obat dalam jangka waktu yang lebih lama dan jenis obat lebih sedikit untuk terjadinya kekambuhan.


WHO dan IUATLD (International Union Againts Tuberculosis And Langs Disease) yang dikutip oleh Depkes RI (2002), merekomendasikan paduan OAT standar, yaitu :
1).    Kategori 1 (2HRZE/4H3R3)
Obat ini diberikan untuk :
a).     Penderita baru TB paru BTA Positif
b).     Penderita baru TB paru BTA negatif, rontgen positif yang “sakit berat”
c).     Penderita TB ekstra paru berat
Tabel  Panduan OAT Kategori 1
Tahap pengobatan
Rumus
Lamanya pengobatan
Dosis perhari/kali
Jumlah hari/kali menelan obat
Tablet
Isoniasid
@ 300 mg
Tablet
Rifampisine
@ 450 mg
Tablet
Pyrazinamid
@500 mg
Tab.
Ethambutol
@ 250 mg
Tahap intensif
(dosis harian)
2 HRZE
2 bulan
1
1
3
3
60
Tahap lanjutan (dosis 3x seminggu)
4H3R3
4 bulan
2
1
-
-
54
Sumber : pedoman nasional penanggulangan TB (Depkes RI, 2002 : 40)
2).    Kategori 2 (2HRZES/5H3R3E3)
Obat ini diberikan untuk :
a).    Penderita kambuh/relaps
b).    Penderita gagal/failure
c).    Penderita dengan pengobatan setelah lalai (after default)
Tabel  Panduan OAT Kategori 2
Tahap pengobatan
Rumus
Lamanya pengobatan
Tablet
Isoniasid
@ 300 mg
Tablet
Rifampisine
@ 450 mg
Tablet
Pyrazinamid
@500 mg
Ethambutol
Streptomisin injeksi
Jumah hari/kali menelan obat
@ 500 mg
@ 500 mg
Tahap intensif
(dosis harian)
2 HRZES
2 bulan
2 bulan
1
1
1
1
3
3
3
3
-
-
0.75 gr
-
60
30
Tahap lanjutan (dosis 3x seminggu)
5H3R3E3
5 bulan
2
1
-
1
2
-
66
Sumber : pedoman nasional penanggulangan TB (Depkes RI, 2002 : 40)
3).    Kategori 3 (3HRZ/4H3R3)
Obat ini diberikan untuk :
a).    Penderita baru BTA negatif dan rontgen positif sakit ringan
b).    Penderita ekstra paru ringan, yaitu TBC kelenjar limfe, pleuritis eksudariva unilateral, TBC kulit, TBC tulang, sendi dan kelenjar adrenal.




Tabel  Panduan OAT Kategori 3
Tahap pengobatan
Rumus
Lamanya pengobatan
Tablet
Isoniasid
@ 300 mg
Tablet
Rifampisine
@ 450 mg
Tablet
Pyrazinamid
@500 mg
Jumah hari/kali menelan obat
Tahap intensif
(dosis harian)
2HRZ
2 bulan
1
1
3
60
Tahap lanjutan (dosis 3x seminggu)
4H3R3
4 bulan
2
1
-
54
Sumber : pedoman nasional penanggulangan TB (Depkes RI, 2002 : 41)
4).    OAT sisipan (HRZE)
Bila pada akhir tahap intensif dari pengobatan dengan kategori 1 atau kategori 2, hasil pemeriksaan dahak masih BTA positif, diberikan obat sisipan (HRZE) setiap hari selama 1 bulan.
Tabel  Panduan OAT Sisipan
Tahap pengobatan
Rumus
Lamanya pengobatan
Tablet
Isoniasid
@ 300 mg
Tablet
Rifampisine
@ 450 mg
Tablet
Pyrazinamid
@500 mg
Tab.
Ethambutol
@ 250 mg
Jumah hari/kali menelan obat
Tahap intensif
(dosis harian)
HRZE
I bulan
1
1
3
3
30



DAFTAR PUSTAKA
Sylvia A, Price. 1995. Patofisiologi. Jakarta. EGC
_________ 2002. Pedoman Nasional Penanggulangan TBC. Jakarta. Depkes RI


STRATEGI PELAKSANAAN

A.    PROSES KEPERAWATAN
1.      Kondisi klien                     : Klien tampak lemah dan batuk-batuk
2.      Diagnosa keperawatan      : Bersihan jalan napas tidak efektif b.d penumpukan sekret
3.      Tujuan khusus                   : Mengencerkan dahak dan membebaskan jalan napas
4.      Tindakan keperawatan      : Pemberian minum dan posisi Fowler
B.     STRATEGI KOMUNIKASI DALAM TINDAKAN KEPERAWATAN
1.      fase Orientasi
a.       Salam terapeutik
“Selamat pagi pak/bu, perkenalkan nama saya Sigit, mahasiswa AKPER Kota Sukabumi, pagi ini saya bertugas diruangan ini sampai pukul 14.00 WIB, nama bapak/ibu siapa?kalau ada apa-apa boleh panggil saya”.
b.      Evaluasi/validasi
“Bagaimana kondisi bapak/ibu hari ini?”
c.       Kontrak
“Supaya dahak bapak/ibu mudah dikeluarkan, sebaiknya bapak/ibu minum minimal 2500 cc/hari. Sekarang saya akan membantu merubah posisi bapak/ibu biar lebih enak?kita akan melakukannya ± 3 menit dan dilakukan disini”.
2.      Fase kerja
  1. Perawat mencuci tangan
  2. Pasien didudukkan, sandaran punggung diletakkan diatas kasur dibagian kepala diatur setengah duduk dan bantal disusun menurut kebutuhan.
  3. Pasien dibaringkan kembali dan pada bagian kaki diberi penahan atau guling dibawah lutut agar tidak merosot.
  4. Pada tempat tidur khusus, langsung diatur setelah duduk sesuai dengan kebutuhan dan dibawah lutut ditinggikan.
  5. Pasien dirapikah
  6. Mencuci tangan
3.      Fase terminasi
  1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan
Subjektif         “Bagaimana rasanya pak/bu setelah dirubah posisinya?Apakah lebih baikan?”
Objektif            Klien tidak terlalu terengah-engah dan batuknya tidak terus menerus
  1. Tindak lanjut
“Baiklah pak/bu, nanti kalau bapak/ibu merasa sesak lagi boleh posisinya dilakukan lagi seperti ini”
  1. Kontrak yang akan datang

0 komentar:

Posting Komentar

jangan lupa untuk mengomentari tautan diatas.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More