LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep Dasar Penyakit Diare
1. Diagnosa Medis
Diare
2. Definisi
Menurut
Ngastiyah, (1997 : 143) diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih
dari 4 kali pada bayi dan 3 kali pada anak. Konsistensi feces encer dapat
berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja.
Diare
adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebih yang terjadi karena
frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer
atau cair (Suriadi, Rita Yuliani, 2001 : 83).
Dari
beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa diare adalah defekasi yang
abnormal dengan konsistensi feces encer dan cair dan biasanya pada bayi lebih
dari 4 kali sedangkan anak lebih dari 3 kali sehari dan dapat disertai lendir
dan darah atau lendir saja.
3.
Proses terjadinya masalah
a. Etiologi
Penyebab diare menurut (Suriadi dan Rita Yulianti Skp,
2001 : 85) dapat dibagi dalam beberpa faktor
a). Faktor Infeksi
1)
Bakteri
2)
Virus
3)
Jamur, candida
enteritis.
4)
Parasit, giardia clambia,
crytoporidium
5)
Protozoa
b). Bukan faktor infeksi
6)
Alergi
makanan, susu, protein.
7)
Gangguan
metabolik
8)
Iritasi
langsung pada saluran pencernaan oleh makanan.
9)
Obat-obatan,
antibiotik.
10) Penyakit
usus, colitis okeratif, enterocolitis
11) Emosional
atau stress.
12) Obstruksi
Penyakit infeksi, otitis media, infeksi saluran nafas
atas, saluran kemih
b. Akar masalah (Patofisiologi)
Menurunnya Pemasukan atau
Hilangnya Cairan Akibat : Muntah,
Diare, Demam, Hiperventilasi
ò
Tiba-tiba Dengan Cepat Cairan
Ekstraseluler Hilang
ò
Ketidakseimbangan Elektrolit
ò
Hilangnya Cairan
Dalam Intraseluler
ò
Disfungsi Seluler
ò
Syok Hipovolemik
ò
Kematian
Tahapan dehidrasi dari Ashwill and Droske (1997)
a.
Dehidrasi
ringan : berat badan menurun 3%-5% dengan volume cairan yang hilang kurang dari
50 ml/kg
b.
Dehidrasi
sedang : berat badan menurun 6%-9% dengan volume cairan yang hilang 50-90 ml/kg
c.
Dehidrasi
berat : berat badan menurun lebih dari 10% dengan volume cairan yang hilang
sama dengan atau lebih dari 100 ml/kg.
c. Manifestasi Klinik
Menurut Ngastiyah (1997 : 144-145) : mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu
tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tak ada, kemudian timbul
diare. Tinja cair mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja
makin lama berubah kehijauan karena tercampur dengan empedu. Anus dan daerah
sekitarnya timbul lecet. Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare.
4. Penatalaksanaan
Menurut Ngastiyah (1997 : 145-149) :
a.
Medik
Dasar pengobatan diare adalah :
1)
Pemberian
cairan
Pemberian cairan pada pasien diare dengan memperhatikan
derajat dehidrasi dan keadaan umum.
a)
Cairan per oral
b)
Cairan parenteral
2)
Pengobatan dietetik
a)
Susu
(ASI dan atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tidak
jenuh)
b)
Makanan
setengah padat (bubur) atau makan padat (nasi tim) bila anak tidak mau minum
susu karena di rumah tidak biasa.
c)
Susu
khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan
3)
Obat-obatan
a)
Obat anti sekresi
b)
Obat spasmolitik dan
lain-lain.
c)
Anti biotik
b.
Keperawatan
Masalah
pasien diare yang perlu diperhatikan ialah resiko terjadinya gangguan sirkulasi
darah, kebutuhan nutrisi, resiko terjadinya komplikasi gangguan rasa nyaman,
kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit.
5. Dampak Terhadap Sistem Tubuh Lain
a.
Terhadap
sistem respirasi
Akibat pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebih
dapat meningkatkan kadar asam dalam darah. Sehingga menghantarkan ke medulla
oblongata dan pons mengakibatkan kompensasi terhadap paru untuk meningkatkan
ventilasi paru maka terjadilah hiperventilasi dan pernafasan menjadi cepat.
b.
Terhadap sistem
persyarafan
Diare yang terlalu sering dapat mengakibatkan mudahnya
proses depolarisasi ion kalium dan natrium. Perpindahan ion kalium dan ion
natrium dibantu dengan menggunakan neurotransmiter sehingga terjadilah kejang.
c.
Terhadap sistem
sirkulasi
Eliminasi
yang berlebihan mengakibatkan hilangnya cairan dan elektrolit dan volume
sirkulasi ke dalam rongga intestinal mengakibatkan hyponatremi, hyperkalemi,
sehingga menimbulkan hyvolemi dan terjadilah syok hypopolemi.
d.
Terhadap sistem
urinaria
Pengeluaran
cairan dan elektrolit yang terus menerus mengakibatkan sistem mekanisme terjadi
pasokontriksi arteriole afferent sehingga penyaringan dalam ginjal meningkat
untuk mencegah kehilangan natrium yang berlebihan menyebabkan aliran darah ke
renal menurun maka menyebabkan gagal ginjal akut.
B.
Pendekatan KDM
1.
Kasus (masalah utama)
Kekurangan
volume cairan
Definisi
Kekurangan
volume cairan adalah keadaan dimana seorang individu yang tidak menjalani puasa
mengalami atau beresiko mengalami dehidrasi vaskular, interstisial atau
intravaskular. (Carpenito,
2001: 139).
2. Proses terjadinya Masalah
a. Pohon masalah
Kekurangan volume
cairan
Hilangnya Cairan
|
|
Cairan Ekstraseluler Hilang
Menurunnya
Pemasukan atau Hilangnya
|
|
Diare, Demam, Hiperventilasi
b. Masalah keperawatan dan data
yang perlu dikaji
1. Kekurangan volume cairan
DS: orang tua klien mengeluh anaknya menangis terus dan
tidak mau netek
DO: Ketidak cukupan masukan oral, keseimbangan negatif antara masukan dan
haluaran, penurunan berat badan, kulit/ membran mukosa kering, turgor jelek.
2. Resiko gangguan integritas kulit
DS: Orang tua mengatakan daerah sekitar anus anaknya
lecet
DO: lesi sekitar anus, lecet dan kemerahan
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
DS: Orang tua mengatakan anaknya tidak mau menetek
DO: Berat badan anak turun, anak tidak mau makan.
4. Cemas dan takut pada anak atau orang tua
DS: Orang tua mengatakan khawatir dengan keadaan anaknya
DO: Orang tua tampak tegang, anak tampak takut apabila
berhadapan dengan tugas kesehatan.
3. Diagnosa Keperawatan berdasarkan prioritas
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan seringnya
buang air besar dan encer.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan menurunnya intake (pemasukan) dan menurunnya absorsi makanan
dan cairan.
3. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan
seringnya buang air besar
4. Cemas dan takut pada anak atau orang tua berhubungan
dengan hospitalisasi.
4. Rencana Asuhan Keperawatan
1. Kekurangan
volume cairan berhubungan dengan seringnya buang air besar dan encer.
Tujuan : keseimbangan cairan dapat dipertahankan dalam
batas normal yang ditandai dengan pengeluaran urine sesuai pengisian kembali
kapiler kurang dari dua detik, tugor kulit elastis, membran mukosa lembab dan
berat badan tidak menunjukan penurunan.
Intervensi
1)
Kaji
status hidrasi, ubun-ubun, mata, turgor, kulit dan membran mukosa.
2)
Kaji pengeluaran urine,
gravitasi urine atau berat jenis urine.
3)
Kaji
pemasukan dan pengeluaran cairan.
4)
Monitor tanda-tanda
vital.
5)
Pemberian
cairan dan elektrolit sesuai protokol
6)
Pemberian obat anti
diare dan antibiotik sesuai program.
7)
Anak diistirahatkan.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan menurunnya intake (pemasukan) dan menurunnya absorbsi makanan dan cairan.
Tujuan : anak toleran dengan diet yang sesuai.
1)
Timbang
berat badan anak setiap hari
2)
Monitor
intake dan output (pemasukan dan pengeluaran).
3)
Setelah
dehidrasi berikan minuman oral dengan sering dan makan sesuai dengan diet dan
usia dan atau berat badan anak.
4)
Hindari minuman
buah-buahan.
5)
Lakukan
kebersihan mulut setiap habis makan.
6)
Bagi
bayi ASI tetap diberikan.
7)
Bila
bayi tidak toleran dengan ASI berikan formula yang rendah laktosa.
3. Resiko gangguan
integritas kulit berhubungan dengan seringnya buang air besar
Tujuan : anak tidak menunjukan gangguan integritas kulit
yang ditandai dengan kulit utuh dan tidak lecet.
Intervensi
1)
Kaji
kerusakan kulit atau iritasi setiap buang air besar.
2)
Gunakan
kapas lembab dan sabun bayi (atau PH normal) untuk membersihkan anus setiap
buang air besar.
3)
Hindari
dari pakaian dan pengalas tempat tidur yang lembab.
4)
Ganti popok/kain
apabila lembab atau basah.
5)
Gunakan obat cream bila
perlu untuk perawatan bayi.
4. Cemas dan takut pada anak atau orang tua berhubungan
dengan hospitalisasi.
Tujuan : anak dan orang tua menunjukan rasa cemas atau
takut berkurang.
Intervensi
1) Ajarkan pada
orang tua untuk mengekspresikan perasaan rasa takut dan cemas, dengarkan
keluhan orang tua dan bersikap empati dan sentuhan terapeutik.
2)
Gunakan
komunikasi terapeutik, kontak mata, sikap tubuh dan sentuhan.
3)
Jelaskan
setiap prosedur yang akan dilakukan pada anak dan orang tua.
4)
Libatkan
orang tua dalam perawatan anak.
5)
Jelaskan
kondisi anak, alasan pengobatan dan perawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Ngastiyah, 1997. Perawatan
Anak Sakit. EGC. Jakarta
Yuliana Rita, Suriadi. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Sagung Seto Jakarta
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku saku Diagnosa
Keperawatan. EGC. Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar
jangan lupa untuk mengomentari tautan diatas.