RSS Subscribe

Kamis, 18 Juli 2013

laporan pendahuluan diare



LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Penyakit Diare

1. Diagnosa Medis
Diare
2. Definisi
Menurut Ngastiyah, (1997 : 143) diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan 3 kali pada anak. Konsistensi feces encer dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja.
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebih yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair (Suriadi, Rita Yuliani, 2001 : 83).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa diare adalah defekasi yang abnormal dengan konsistensi feces encer dan cair dan biasanya pada bayi lebih dari 4 kali sedangkan anak lebih dari 3 kali sehari dan dapat disertai lendir dan darah atau lendir saja.
3. Proses terjadinya masalah
a. Etiologi
Penyebab diare menurut (Suriadi dan Rita Yulianti Skp, 2001 : 85) dapat dibagi dalam beberpa faktor
a). Faktor Infeksi
1)      Bakteri
2)      Virus
3)      Jamur, candida enteritis.
4)      Parasit, giardia clambia, crytoporidium
5)      Protozoa
b). Bukan faktor infeksi
6)      Alergi makanan, susu, protein.
7)      Gangguan metabolik
8)      Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan.
9)      Obat-obatan, antibiotik.
10)  Penyakit usus, colitis okeratif, enterocolitis
11)  Emosional atau stress.
12)  Obstruksi
Penyakit infeksi, otitis media, infeksi saluran nafas atas, saluran kemih
b. Akar masalah (Patofisiologi)
Menurunnya Pemasukan atau Hilangnya Cairan Akibat : Muntah,
Diare, Demam, Hiperventilasi
ò
Tiba-tiba Dengan Cepat Cairan Ekstraseluler Hilang
ò
Ketidakseimbangan Elektrolit
ò
Hilangnya Cairan  Dalam Intraseluler
ò
Disfungsi Seluler
ò
Syok Hipovolemik
ò
Kematian


Tahapan dehidrasi dari Ashwill and Droske (1997)
a.       Dehidrasi ringan : berat badan menurun 3%-5% dengan volume cairan yang hilang kurang dari 50 ml/kg
b.      Dehidrasi sedang : berat badan menurun 6%-9% dengan volume cairan yang hilang 50-90 ml/kg
c.       Dehidrasi berat : berat badan menurun lebih dari 10% dengan volume cairan yang hilang sama dengan atau lebih dari 100 ml/kg.
c. Manifestasi Klinik
Menurut Ngastiyah (1997 : 144-145)  : mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja makin lama berubah kehijauan karena tercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet. Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare.
4. Penatalaksanaan
Menurut Ngastiyah (1997 : 145-149) :
a.       Medik
Dasar pengobatan diare adalah :
1)      Pemberian cairan
Pemberian cairan pada pasien diare dengan memperhatikan derajat dehidrasi dan keadaan umum.
a)      Cairan per oral
b)      Cairan parenteral               
2)      Pengobatan dietetik
a)      Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tidak jenuh)
b)      Makanan setengah padat (bubur) atau makan padat (nasi tim) bila anak tidak mau minum susu karena di rumah tidak biasa.
c)      Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan
3)      Obat-obatan
a)      Obat anti sekresi
b)      Obat spasmolitik dan lain-lain.
c)      Anti biotik
b.      Keperawatan
Masalah pasien diare yang perlu diperhatikan ialah resiko terjadinya gangguan sirkulasi darah, kebutuhan nutrisi, resiko terjadinya komplikasi gangguan rasa nyaman, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit.
5. Dampak Terhadap Sistem Tubuh Lain
a.       Terhadap sistem respirasi
Akibat pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebih dapat meningkatkan kadar asam dalam darah. Sehingga menghantarkan ke medulla oblongata dan pons mengakibatkan kompensasi terhadap paru untuk meningkatkan ventilasi paru maka terjadilah hiperventilasi dan pernafasan menjadi cepat.
b.      Terhadap sistem persyarafan
Diare yang terlalu sering dapat mengakibatkan mudahnya proses depolarisasi ion kalium dan natrium. Perpindahan ion kalium dan ion natrium dibantu dengan menggunakan neurotransmiter sehingga terjadilah kejang.
c.       Terhadap sistem sirkulasi
Eliminasi yang berlebihan mengakibatkan hilangnya cairan dan elektrolit dan volume sirkulasi ke dalam rongga intestinal mengakibatkan hyponatremi, hyperkalemi, sehingga menimbulkan hyvolemi dan terjadilah syok hypopolemi.
d.      Terhadap sistem urinaria
Pengeluaran cairan dan elektrolit yang terus menerus mengakibatkan sistem mekanisme terjadi pasokontriksi arteriole afferent sehingga penyaringan dalam ginjal meningkat untuk mencegah kehilangan natrium yang berlebihan menyebabkan aliran darah ke renal menurun maka menyebabkan gagal ginjal akut.
B. Pendekatan KDM
1. Kasus (masalah utama)
Kekurangan volume cairan
Definisi
Kekurangan volume cairan adalah keadaan dimana seorang individu yang tidak menjalani puasa mengalami atau beresiko mengalami dehidrasi vaskular, interstisial atau intravaskular. (Carpenito, 2001: 139).
2. Proses terjadinya Masalah
a. Pohon masalah
Kekurangan volume
cairan

Hilangnya Cairan 
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
 
Dalam Intraseluler


 
Gangguan integritas kulit
 
Tiba-tiba Dengan Cepat
Cairan Ekstraseluler Hilang


 
                                          Menurunnya Pemasukan atau Hilangnya               
Berat badan anak turun
 
Kulit sekitar anus dan bokong merah
 
 Cairan Akibat : Muntah,
Diare, Demam, Hiperventilasi

b. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji
1. Kekurangan volume cairan
DS: orang tua klien mengeluh anaknya menangis terus dan tidak mau netek
DO: Ketidak cukupan masukan oral,  keseimbangan negatif antara masukan dan haluaran, penurunan berat badan, kulit/ membran mukosa kering, turgor jelek.
2. Resiko gangguan integritas kulit
DS: Orang tua mengatakan daerah sekitar anus anaknya lecet
DO: lesi sekitar anus, lecet dan kemerahan
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
DS: Orang tua mengatakan anaknya tidak mau menetek
DO: Berat badan anak turun, anak tidak mau makan.
4. Cemas dan takut pada anak atau orang tua
DS: Orang tua mengatakan khawatir dengan keadaan anaknya
DO: Orang tua tampak tegang, anak tampak takut apabila berhadapan dengan tugas kesehatan.
3. Diagnosa Keperawatan berdasarkan prioritas
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan seringnya buang air besar dan encer.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan menurunnya intake (pemasukan) dan menurunnya absorsi makanan dan cairan.
3. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan seringnya buang air besar
4. Cemas dan takut pada anak atau orang tua berhubungan dengan hospitalisasi.
4. Rencana Asuhan Keperawatan
1.  Kekurangan volume cairan berhubungan dengan seringnya buang air besar dan encer.
Tujuan : keseimbangan cairan dapat dipertahankan dalam batas normal yang ditandai dengan pengeluaran urine sesuai pengisian kembali kapiler kurang dari dua detik, tugor kulit elastis, membran mukosa lembab dan berat badan tidak menunjukan penurunan.
Intervensi
1)      Kaji status hidrasi, ubun-ubun, mata, turgor, kulit dan membran mukosa.
2)      Kaji pengeluaran urine, gravitasi urine atau berat jenis urine.
3)      Kaji pemasukan dan pengeluaran cairan.
4)      Monitor tanda-tanda vital.
5)      Pemberian cairan dan elektrolit sesuai protokol
6)      Pemberian obat anti diare dan antibiotik sesuai program.
7)      Anak diistirahatkan.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan menurunnya intake (pemasukan) dan menurunnya absorbsi  makanan dan cairan.
Tujuan : anak toleran dengan diet yang sesuai.
1)      Timbang berat badan anak setiap hari
2)      Monitor intake dan output (pemasukan dan pengeluaran).
3)      Setelah dehidrasi berikan minuman oral dengan sering dan makan sesuai dengan diet dan usia dan atau berat badan anak.
4)      Hindari minuman buah-buahan.
5)      Lakukan kebersihan mulut setiap habis makan.
6)      Bagi bayi ASI tetap diberikan.
7)      Bila bayi tidak toleran dengan ASI berikan formula yang rendah laktosa.  
 3. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan seringnya buang air besar
Tujuan : anak tidak menunjukan gangguan integritas kulit yang ditandai dengan kulit utuh dan tidak lecet.
Intervensi
1)      Kaji kerusakan kulit atau iritasi setiap buang air besar.
2)      Gunakan kapas lembab dan sabun bayi (atau PH normal) untuk membersihkan anus setiap buang air besar.
3)      Hindari dari pakaian dan pengalas tempat tidur yang lembab.
4)      Ganti popok/kain apabila lembab atau basah.
5)      Gunakan obat cream bila perlu untuk perawatan bayi.
4. Cemas dan takut pada anak atau orang tua berhubungan dengan hospitalisasi.
Tujuan : anak dan orang tua menunjukan rasa cemas atau takut berkurang.
Intervensi
1)  Ajarkan pada orang tua untuk mengekspresikan perasaan rasa takut dan cemas, dengarkan keluhan orang tua dan bersikap empati dan sentuhan terapeutik.
2)      Gunakan komunikasi terapeutik, kontak mata, sikap tubuh dan sentuhan.
3)      Jelaskan setiap prosedur yang akan dilakukan pada anak dan orang tua.
4)      Libatkan orang tua dalam perawatan anak.
5)      Jelaskan kondisi anak, alasan pengobatan dan perawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Ngastiyah, 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta

Yuliana Rita, Suriadi. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Sagung Seto Jakarta
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku saku Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta.

0 komentar:

Posting Komentar

jangan lupa untuk mengomentari tautan diatas.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More